Senin, 29 Juli 2019

BERBUAT BAIKLAH, MESKI SEDANG SEMPIT...

Seorang wanita kaya raya berdiri di tepi jalan
akibat mobil mewahnya tiba-tiba mogok tak bisa berjalan.
Berulang kali ia memberi tanda dengan tangannya,
namun tak ada yang berkenan hati menyinggahinya.

Waktu terus berjalan...
Dan rintik hujan mulai menetes jatuh.
Hatinya semakin cemas,
karena gelap malam mulai menyelimuti.

Hingga tiba-tiba saja...
Sebuah mobil tua yang kusam berhenti.
Tepat di sisi Sang Nyonya kaya itu.
Di belakang kemudi,
tampaklah sesosok pemuda berkulit gelap.

Wanita itu menatapnya, dan menatap mobil tuanya.
Wanita itu ragu, sungguh ragu:
apakah ia ikut menumpang,
atau tetap menunggu di tepi jalan yang mulai gelap itu?


Nyonya kaya itu bimbang dan ragu,
pasalnya ia mengira semua orang tahu kekayaan dan harta bendanya...

Tapi akhirnya,
ia putuskan sudah.
Ia menaiki mobil tua itu, dan menumpanginya.

Dalam perjalanan itu,
Sang Nyonya kaya menanyakan nama dan pekerjaan anak muda itu.
Anak muda yang tampak payah dalam kemiskinannya.

“Namaku Adam.
Dan pekerjaanku adalah sopir taksi,” jawab anak muda itu.

Wanita itu sedikit lebih tenang sekarang.
Dalam hatinya, ia sedikit mengutuk diri,
agak menyesali buruk sangkanya seawal tadi.
Sekarang tampak padanya:
betapa anak muda itu sopan dan santun,
hingga bahkan tak melirik sedikit pun padanya.

Singkat cerita,
mereka pun tiba di kota.
Dalam hatinya,
Sang Nyonya kaya itupun telah berniat akan memberikan seberapa besar pun upah
yang diminta pemuda itu.

Sang Nyonya pun meminta sopir taksi itu berhenti.
Taksi itupun berhenti.

“Berapa upahnya, Anak muda?”

“Tidak usah, Nyonya...”

“Tidak usah??!
Mana mungkin? Engkau telah menolongku, dan mengantarku dengan selamat...”

Adam, anak muda itu tersenyum sahaja.
“Upahku adalah Nyonya berjanjilah untuk melakukan kebaikan kepada siapa saja yang Nyonya temui...”

Adam, sopir taksi itupun berlalu,
meninggalkan Sang Nyonya dalam kebisuannya...

**

Dan dalam keterkejutan jiwanya, Sang Nyonya kaya itu melangkahkan kakinya.
Di depan sebuah kafe kecil, langkahnya terhenti.
Ia masuk ke dalam, dan kepada seorang pelayan wanita
ia memesan secangkir kopi hangat...

Sang pelayan pun tak lama  kemudian datang.
Menyajikan secawan kopi panas untuk Sang Nyonya itu.

Sang Nyonya memandang pelayan wanita itu.
Tampak lelah dan payah sekali wajahnya.
Perutnya tampak besar dan buncit.

“Kamu tampak sangat lelah. Kenapa?” tanyanya.

Pelayan itu tersenyum susah-payah.
“Waktu persalinan saya sudah menjelang, Nyonya...”

“Mengapa tidak rehat dan cuti saja?”

“Saya harus menabung untuk biaya persalinan bayi saya Nyonya...”

Sang Nyonya itu mengangguk pelan.

Secawan kopi panas itupun selesai.
Sang Nyonya membayar kopinya.
Sang pelayan membawa uang itu ke kasir untuk mengambilkan kembaliannya,
karena uang besar itu setara dengan 10 cawan kopi.

Tapi kursi Nyonya kaya itu telah kosong saat Sang Pelayan ingin menyerahkan kembaliannya.
Matanya mengedar ke segenap penjuru,
ternyata Nyonya itu benar-benar telah pergi.

Tapi di meja itu, ia menemukan secarik kertas:
“Kembalian kopiku itu kuhadiahkan untukmu...”

Betapa gembira hati Pelayan itu!
Ia membalik kertas itu untuk kembali menemukan
sebaris kalimat lain:
“Dan di bawah meja ini, saya juga menitipkan hadiah untuk calon bayimu...”

Hampir saja ia berterik histeris,
karena yang di bawah meja itu ada sejumlah uang yang setara dengan gajinya selama satu tahun..!

Air matanya tak mungkin lagi dibendung.
Ia bergegas pergi. Meminta izin dari kerjanya.
Ia pergi mendahului angin...
Suaminya harus tahu kegembiraan ini.
Suami yang jiwanya galau sepanjang hari
memikirkan biaya kelahiran bayinya...

Ia masuk menerobos pintu rumahnya.
Memanggil-manggil sang suami yang terkejut dan terheran-heran atas kepulangannya di waktu tak biasa.

“Apakah sudah waktunya melahirkan?”
pikir Sang Suami.

Tapi istrinya memeluknya erat.
Suaranya berbaur bahagia dan haru.
“Bersyukurlah, Adam...
Akhirnya Tuhan memberikan jalan keluarNya!”

Adam, supir taksi budiman itu tertegun dan terdiam tanpa kata mendengar tutur kisah sang istri, dan melihat “hadiah kebaikan” yang dibawanya...

***

Saudaraku...

Jangan pernah lupa :
Kebaikan itu pasti akan kembali kepadamu, suatu waktu nanti...

Berbuat baiklah, dan selalu ingat:
“Tidak ada balasan untuk kebaikan kecuali kebaikan pula.”

Jadi, apa kebaikanmu hari ini?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar