Kamis, 16 November 2017

Petani Miskin

Dahulu kala, 
ada seorang petani miskin memiliki seekor kuda putih yg sangat indah dan gagah.. 
Suatu hari, seorang saudagar kaya ingin membeli kuda itu dan menawarkan harga yg sangat tinggi.. Sayang si petani miskin itu tidak menjualnya.. 
Teman-temannya menyayangkan dan mengejek karena dia tidak menjual kudanya..  

Keesokan harinya, kuda itu hilang dari kandang nya.. 
Maka teman-temannya berkata :  
"Sungguh jelek nasibmu, padahal kalau kemarin kamu jual, kamu kaya, sekarang kudamu sudah hilang.." 

Si petani miskin hanya diam saja tanpa komentar... 
Beberapa hari kemudian, kuda si petani kembali , bersama 5 ekor kuda liar lainnya.. 
Lalu teman-temannya berkata :  
Wah Beruntung sekali nasibmu, ternyata perginya kudamu membawa keberuntungan.." 
Si petani tetap hanya diam saja..  

Beberapa hari kemudian, anak si petani yg sedang melatih kuda-kuda baru mereka terjatuh dan kakinya patah.. Teman-temannya berkata :  
"Rupanya kuda-kuda itu membawa sial, lihat sekarang anakmu kakinya patah.." 

Si petani tetap diam tanpa komentar..  
Seminggu kemudian terjadi peperangan di wilayah itu, 
semua anak muda di desa dipaksa untuk berperang, 
kecuali si anak petani karena tidak bisa berjalan.. 

Teman-temannya mendatangi si petani sambil menangis :  
"Beruntung sekali nasibmu karena anakmu tidak ikut berperang, kami harus kehilangan anak-anak kami.." 

Si petani kemudian berkomentar :  
"Janganlah terlalu cepat membuat kesimpulan dg mengatakan nasib baik atau jelek..  

Semuanya adalah suatu rangkaian proses yg belum selesai...  
Syukuri dan terima keadaan yg terjadi saat ini.. Apa yg kelihatan baik hari ini belum tentu baik untuk hari esok.. 

 Apa yg buruk hari ini belum tentu buruk untuk hari esok.. 
Tetapi yg pasti, ALLAH paling tahu yg terbaik buat kita... 

Bagian kita adalah, mengucapkan syukur dalam segala hal

sebab itulah yg dikehendaki ALLAH di dalam hidup kita ini.. J
alan yg dibentangkan ALLAH belum tentu yg tercepat, bukan pula yg termudah.. t
api sudah pasti yang terbaik..." 

Semoga menjadi lebih baik dan bermanfaat utk diri dan sesama. 
Robbana Taqobbal Minna Ya Allah terimalah dari kami (amalan kami),  

 آمِيْنَ...آمِينَ ياَرَبَّ الْعَالَمِيْنَ

Selasa, 14 November 2017

Adzan Rindu

Pada semburat keemasan aku menyapamu
yang tenggelam turut bayang menghambur
Beriring pemanggil, berteriak PadaMu...


Aku rindu,
akan Suara panjangmu
Yang berteriak disetiap lima waktu
lalu berbisik merdu
disetiap malam-malam syahdu


Sumber 

Senin, 13 November 2017

Yang Telah Pergi

Yang Telah pergi
tak perlu ditangisi
karena sebenarnya wujud hanya berpindah pada dimensi yang lain

sedang sisa kenangannya akan tetap bertumpuk pada tiap sudut hati
menemani perjalanan panjang,
dibawa pergi ke berbagai kondisi
bahkan turut serta saat waktu giliran kita tiba

dia tidak pergi, 
setidaknya
kita pernah disini bersama
melihat bersama air hujan dari sudut jendela
berbagi beban berat dalam keterbatasan
berjalan berdiskusi tentang masa depan bersama,

lalu saat kau hendak pergi, tanpa permisi.
dalam ketidak percayaan dan ketidak berdayaan, aku bertanya
kemanakah?
kita hanya beda dinding saja, jawabmu
sedang kehadiranku akan tetap dapat kau temui
karena nanti kau pun akan berada pada sisi dinding yang sama denganku


Minggu, 12 November 2017

pentingnya mengevaluasi kinerja *Ippo Santosa*


Sabtu, 11 November 2017

Kaya, terkenal.. So whatt?

*Bos Warung Upnormal Rex Marindo: Kaya, Terkenal, So What…?*

Hari minggu lalu saya ketemu Rex Marindo, salah satu bos Warung Upnormal Grup (nama asli grupnya si Cita Rasa Prima Indonesia Berjaya).

 Ini sudah pertemuan saya yang kesekian kali. Selalu menyenangkan mendengar cerita dia jatuh bangun mendirikan bisnisnya, apalagi sambil “ditraktir” kopi di kafenya yang baru, Upnomal Coffee Roaster, Jl Wahid Hasyim, Jakarta.

 Selalu ada yang baru di ceritanya.
Dia lulusan Universitas Parahyangan Bandung, menekuni dunia marketing, yang kini menjadi Direktur Pemasaran Cira Rasa Prima Group.

 Dia seperti Midas dalam mitologi Yunani. Seolah apa pun yang disentuhnya menjadi emas.

Namanya menjadi buah bibir para praktisi pemasaran. "Bagaimana dia bisa membuat branding keren dari sebuah produk sederhana seperti Indomie dan dijual lebih valuable sesuai kantong anak kafe lewat Upnormal," begitu kata banyak orang
Memulai bisnis kuliner di 2013 (sebelumnya menjadi konsultan marketing) dengan membuat Nasi Goreng Mafia  bersama teman-temannya seperti Danis Puntoadi, Stefi Kurniadi, Sarita Sutedja dan beberapa orang di Bandung.

Dengan modal Rp 100 juta saja (Rp 60 jutanya untuk sewa tempat di Jl Dipatiukur), dia nekat meninggalkan bisnis konsultan pemasaran dan banting setir menjadi tukang nasi goreng. Nasi Goreng Rempah Mafia namanya.

Dari Merek Jatuh ke Hati
Warung Nasi Goreng Rempah Mafia itu booming dan dalam waktu singkat sempat menjadi 28 cabang.

 Lalu 2014 mendirikan Bakso Boedjangan yang sekarang sudah menjadi 25 cabang.  Setahun kemudian, 2015 Rex dkk meluncurkan  Warung Upnormal.

Akhir tahun ini, jumlah cabang Warung Upnormal akan menjadi 80 cabang. Satu cabang Warung Upnormal biaya franchisenya bisa mencapai lebih dari Rp 4 miliar.

 Hanya empat tahun, Rex dan teman-temannya di CRP punya 80 cabang Upnormal, 25 cabang Bakso Boedjangan, 12 cabang Nasi Goreng Mafia, dan 6 restoran Sambal Karmila.

Saat di sebuah pelatihan Endeavour Global di Malaysia dia ditanya, “Setelah Anda kaya, Anda terkenal setiap ketemu orang, orang mengajak selfie, lalu so what?” tanya seorang mentor. Rex seperti terkesiap. “Iya buat apa,” katanya dalam hati.

Rex punya jawaban tapi mulutnya tercekat. Dia melihat dirinya sendiri. Dia beda dengan OKB (orang kaya baru) yang berubah saat bisnisnya meledak.

Harta OKB kerap dihabiskan untuk barang-barang konsumsi seperti baju mahal, jam tangan Rolex yang harganya ratusan juta sampai puluhan miliar rupiah, mobil mewah dan lain-lain. Rex tidak.

Dia ingat saat pertama kali sukses membuka bisnis kuliner. Lelaki kelahiran Palembang itu menahan diri membeli mobil dan tetap memakai motor. Uang yang didapat dia tanamkan kembali untuk membuka lebih banyak resto cabang

Rex dulu dan Rex sekarang tak ada beda, begitu kata teman-temannya. Ke mana-mana dia tak butuh memakai baju mahal.

 "Baju kebesarannya" adalah  kaos hitam kaos hitam Upnormal bertulisan “Kopi untuk Indonesia”. “Semakin banyak cabang resto baru dibuka, kaos saya seperti ini semakin banyak. Saya punya kaos selusin kayak begini.”

 Tak ada secuil arloji di tangannya. Celana jeans dan sepatu olahraganya juga sepatu kebanyakan orang, seperti New Balance, Adidas atau sebangsanya.

Orang pun tak tahu apakah sepatunya original atau sepatu KW-1?

“Iya jadi buat apa semua (kekayaan dan ketenarannya) ini?” kata Rex menirukan mentornya. Rex punya jawabannya. “Ini semua untuk ibadah. Bisa menjadi kran (penyalur) rezeki bagi 3.500 karyawan itu membahagiakan.”

“Kita semuanya ini sedang deal dengan The Greatest Investor: God! Jadi itu yang membuat saya tetap bersemangat.”

Semoga kita bisa belajar dari Rex Marindo dkk. Untuk apa kita mengejar semua ini—apalagi dengan menghalalkan segala cara?
Ya, segelas kopi dan obrolan dengan Rex di sebuah diskusi, telah menyadarkan semua ini fana dan akhirnya berpulang kepada The Greatest Investor.

Jakarta, 24 September 2017
Burhan Sholihin, penggemar kopi dan dotcomer
(FB/IG/Twitter: @burhans)*Bos Warung Upnormal Rex Marindo: Kaya, Terkenal, So What…?*

Minggu, 05 November 2017

Kalau ini penting, maka itu juga penting

Kalau kekayaan itu penting, maka kesehatan lebih penting
kalau relasi itu penting, maka keluarga anda jauh lebih penting
kalau harta itu penting, maka manfaat dari hartanya jauh lebih penting
kalau pandai itu penting, maka berbagi dengan ilmu lebih penting

kalau hidup sukses itu penting, maka mati sukses jauh lebih penting


di dunia ini, kita kadang tidak bisa memilih salah satu dari dua pilihan yang menurut kita penting
hanya saja jangan sampai lebih memprioritaskan hal yang penting. tapi lupa pada hal lain yang seharusnya lebih penting
sayangnya, kebanyakan kita, lebih parah lagi
karena justru fokus pada hal hal yang tidak penting

tau nikah itu penting, malah fokus pacaran,
tau suskses itu penting, malah fokus pada nyari2 suksesn dengan menjatuhkan orang lain
tau kalau kaya bisa banyak membantu orang lain, malah g mau berusaha
ingat,
sesuatu yang baik itu, akan terasa hasilnya kalau berusaha
akan beda rasanya dapat uang 100juta dari usaha sendiri, dibandingkan dengan diberi orang lain cuma cuma. cara menghargainya pun beda
so.. yuk fokus pada hal yang penting saja,
bukan hanya menurut kita.

tapi menurut pencipta kita

sentosa