Rabu, 31 Oktober 2018

Jazakallah khairan katsiran


ARTI JAZAAKALLAHU KHAIRAN

Sering kita mendengar kalimat "Jazaakallah Khairon" atau "Jazaakallahu khairan katsiiran" atau "Jazaakallahu Ahsanal Jazaa".
Apa maksudnya? Apakah ucapan terimakasih?

Bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam :

"Apabila ada seseorang mengucapkan kepada saudaranya 'Jazaakallah khairon', maka sesungguhnya dia telah sangat menyanjungmu (sangat berterima kasih kepadamu karena dia menyerahkan kepada Allah untuk membalas kebaikanmu)." HR. Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab Shahih Al jami’, no. 6368.

Jazaakallah khoiron adalah kalimat kebaikan yang menunjukkan segenap kebaikan di sisi Allah.

Jazaakallah khoiron artinya :
1. Semoga Allah menganugerahkan kepadamu surga-Nya.

2. Semoga Allah menganugerahkan padamu kenikmatan melihat wajah-Nya kelak di surga.

3. Semoga Allah menyelamatkanmu dari neraka jahannam.

4. Semoga Allah memberikan keselamatan untukmu di saat huruhara hari kiamat.

5. Semoga Allah melindungimu dari syaithon yang terkutuk

6. Semoga Allah memberimu rezeki yang penuh barkah.

7. Semoga Allah menjadikan engkau orang yang berbakti kepada orang tuamu.

8. Semoga Allah menjadikan kau selalu mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Berkata Umar ibn Khatthab radliyallahu 'anhu:
"Jika ada yang tahu makna dari 'Jazaakallah khoiron', niscaya ia akan memperbanyak mengucapkannya satu sama lain."

Jazaakallah khoiron kita sampaikan kepada yang memberitahukan faedah ini.

Jazaakallah khoiron kita sampaikan kepada yang menerima faedah ini.

Dan Jazaakallah khoiron kita sampaikan kepada yang menyebarluaskannya..!


Fb satria hadi lubis

Selasa, 23 Oktober 2018

Perihal REZEKI

Guru Dan Murid Tertawa Karena Beda Pendapat "

~ Imam Malik, guru Imam Safii dalam majlis menyampaikan, sesungguhnya rezeki itu perkara inayatullah, yaitu sering datang tanpa diduga dan bukan melulu sunatullah, yaitu matematis dan sebab, cukup dengan tawakkal yang benar kepada Allah niscaya Allah akan memberikan Rezeki. Lakukan yang menjadi bagianmu, selanjutnya biarkan Allah mengurus lainnya.

~ Imam Syafii, sang murid berpendapat lain. Seandainya seekor burung tidak keluar dari sangkarnya, bagaimana mungkin ia akan mendapatkan rezeki.
Guru dan murid bersikukuh pada pada pendapatnya.

~ Suatu saat tengah meninggalkan pondok, Imam Syafii melihat serombongan orang tengah memanen anggur. Diapun membantu mereka. Setelah pekerjaan selesai, Imam Syafii memperoleh imbalan beberapa ikat anggur sebagai balas jasa.
Imam Syafii girang, bukan karena mendapatkan anggur, tetapi pemberian itu telah menguatkan pendapatnya. Jika burung tak terbang dari sangkar, bagaimana ia akan mendapat rezeki. Seandainya dia tak membantu memanen, niscaya tidak akan mendapatkan anggur.

~ Bergegas dia menjumpai Imam Malik sang guru. Sambil menaruh seluruh anggur yang didapatnya, dia bercerita. . Imam Syafii sedikit mengeraskan bagian kalimat “seandainya saya tidak keluar pondok dan melakukan sesuatu (membantu memanen), tentu saja anggur itu tidak akan pernah sampai di tangan saya.”

~ Mendengar itu Imam Malik tersenyum, seraya mengambil anggur dan mencicipinya. Imam Malik berucap pelan.
“Sehari ini aku memang tidak keluar pondok. Hanya mengambil tugas sebagai guru, dan sedikit berpikir alangkah nikmatnya kalau dalam hari yang panas ini aku bisa menikmati anggur. Tiba-tiba engkau datang sambil membawakan beberapa ikat anggur untukku. Bukankah ini juga bagian dari rezeki yang datang tanpa sebab. Cukup dengan tawakkal yang benar kepada Allah niscaya Allah akan berikan Rezeki. Lakukan yang menjadi bagianmu, selanjutnya biarkan Allah yang mengurus lainnya.”

~ Guru dan murid itu kemudian tertawa. Dua Imam madzab mengambil dua hukum yang berbeda dari cara pandang yang berbeda. 

Dalil Imam Malik ; Man yattaqillâha yaj’allahû mahrajan. Wa yarzuqhu min haitsu lâ yahtasib…
Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.”
(QS. At Thalâq 2-3).

Sementara dalil Imam Syafii muda ; "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa-apa yang pada diri mereka sendiri." QS Ar-Ra’d 11.

Waallahu'alam.
 (As-Subkhi, Minhaj al-Yaqin, hal.127, syarah dari bait puisi ke 1, 2,3)

Selasa, 09 Oktober 2018

Penting untuk Berprestasi

Prestasi akan lebih terdengar ketimbang kata-kata. Sadarkah kita, prestasi itu aksi nyata?

Bahkan:
Prestasi adalah dakwah.
Prestasi adalah syiar.

Lihatlah Khabib Nurmagomedov dan Mohamed Salah. Hampir semua orang membahasnya dan mengikutinya.

Bayangkan. Kalau omset kita Rp 1 M sebulan, kalau kita juara di Asian Games, kita bicara apa saja, orang-orang akan dengar.

Saat kita bicara soal dhuha dan tahajjud, orang-orang akan nurut.

Saat kita bicara soal berbagi dan sedekah, orang-orang akan tergugah.

Saat kita bicara soal hormat dan berbakti, orang-orang akan mengikuti.

Bayangkan. Orang sekelas Sandiaga Uno dan Erick Thohir bicara soal berbakti. Tentulah orang-orang akan mengikuti. Tidak ada yang memungkiri. Itu pasti.

Begitulah.

Prestasi adalah dakwah.

Prestasi adalah syiar.

Maka:
- berprestasilah
- sukseslah
- kayalah

Menang kompetisi, bagus. Menang pilkada, bagus. Jadi, direktur, bagus. Jadi miliarder, bagus. Jadi triliuner, bagus.

Mulai dari diri kita. Sebisanya. Siap?