Minggu, 16 Desember 2018

Kisah Nyata: Inilah Mahar Pernikahan Termahal dan Termulia Di Dunia

Syarat utama bagi seorang
laki-laki agar bisa menikahi wanita adalah menyiapkan maharnya, dan mahar
adalah haknya seorang wanita. Bagi yang sedang mempersiapkan pernikahan, mungkin ada yang membuat gundah yaitu terkait mahar. Dari pihak wanita ingin mahar seperti ini, dari
pihak laki-laki ingin mahar yang seperti ini. 

 
Terkait mahar untuk
calon istri, apakah harus yang mahal? Bingung mau ngasih mahar apa? Padahal budgeting pas-pasan, tapi ingin memberikan yang terbaik bagi calon istri.
Tulisan berikut ini merupakan hal yang perlu kita tahu tentang mahar penikahan termahal dan
termulia di dunia. Namun, untuk masalah memberikan mahar bagi calon istri
disesuaikan dengan kemampuan kita, jangan sampai dipaksakan hingga berhutang ya
Sob. Na’udzubillah… 
 
Namun, jika mampu
untuk memberikan yang terbaik. Tidak ada salahnya untuk berikan yang terbaik,
betul ga Sob?

Minggu, 09 Desember 2018

BELAJAR

Seberapa serius Anda dengan perubahan nasib? Ini terlihat dari seberapa serius Anda belajar.

Lantas, apa pesan saya untuk mereka yang menginginkan perubahan nasib? Simple saja. 5B, yaitu belajar, berhemat, berbisnis, berinvestasi, dan berbagi. Praktek minimal 2 tahun. Niscaya akan terlihat hasilnya.

Terkait bisnis, ada baiknya kita paham dulu. Belajar, berilmu. Kalau sekedar memulai, boleh tanpa ilmu. Tapi kalau membesarkan, yah perlu ilmu. Misalnya, sistem yang rapi, SDM yang solid, promosi yang efektif, dan lain-lain. Itu semua perlu dipelajari. Coba-coba sendiri? Boleh, tapi jadinya malah lebih lama dan lebih mahal.

Saya, demi membenahi TK Khalifah, sempat memanggil sejumlah konsultan dan tenaga ahli. Saya belajar. Bukan sehari dua hari, melainkan bertahun-tahun. Karena saya tahu persis, kalau coba-coba sendiri jadinya malah lebih lama dan lebih mahal.

Jack Ma, salah satu orang terkaya di Tiongkok, juga menganjurkan kita untuk memiliki mentor. Tentunya, the real mentor. Gimana dengan Anda, sudah punya mentor? Di komunitas BP, saya berupaya menghadirkan lima mentor untuk semua member. Agar terarah, tak salah langkah.

Satu hal yang selalu dipesankan oleh orang-orang bijak, "Lima tahun lagi, kita akan jadi seperti apa? Kemungkinan besar, sangat dipengaruhi oleh teman-teman kita dan buku-buku yang kita baca."

Ippho Santosa.

Selasa, 04 Desember 2018

Lelaki Dari Ujung Kota

Dia bukan Rasul, bukan Nabi, bukan pula ‘ulama. Tapi dia berjuang untuk belajar dan memahami. Dan dia lelaki yang suka berbagi

Oleh: Salim A Fillah

NAMA lelaki di Surah Yasin itu”, demikian dinyatakan ‘Ikrimah dari Ibn ‘Abbas, “Adalah Habib ibn Surri An Najjar, seorang tukang kayu.”

Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan sosok yang sesungguhnya tak disebut namanya di dalam wahyu ini sebagai teladan tentang cinta yang tak habis-habis bagi ummat di sekelilingnya.
Dia bukan Rasul, bukan Nabi, bukan pula ‘ulama. Tapi dia berjuang untuk belajar dan memahami. Dan dia lelaki yang suka berbagi.

Hal terawal yang difahaminya hanyalah bahwa para Rasul yang datang ke kotanya itu orang-orang tulus. Mereka menghasung kebenaran dan mengajarkan kebajikan sama sekali tanpa meminta imbalan. Bagi Habib, mereka adalah orang-orang yang mendapat sekaligus membawa petunjuk.
Maka dengan bergegas-gegas dari ujung kota, dia berseru-seru, “Wahai kaumku, ikutilah para utusan Allah itu!” Dan Habib An Najjar, demikian menurut sebagian mufassirin, setelah menyimak apa yang disampaikan para terutus itu kemudian melantangkan dengan anggun pernyataan imannya.

وَمَا لِي لاَ أَعْبُدُ الَّذِي فَطَرَنِي وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
أَأَتَّخِذُ مِن دُونِهِ آلِهَةً إِن يُرِدْنِ الرَّحْمَن بِضُرٍّ لاَّ تُغْنِ عَنِّي شَفَاعَتُهُمْ شَيْئاً وَلاَ يُنقِذُونِ
 إِنِّي إِذاً لَّفِي ضَلاَلٍ مُّبِينٍ

“Mengapa aku tidak menyembah Dzat yang telah menciptaku, yang hanya padaNya kalian semua akan dikembalikan? Apakah aku akan mengibadahi sesembahan-sesembahan yang jika Allah Sang Maha Pengasih menghendaki bahaya bagiku, maka syafa’at mereka sama sekali tiada bermanfaat bagiku dan tak dapat menyelamatkanku? Sesungguhnya aku jika demikian itu benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS Yaasin [36]: 22-24)

Mendengar ungkapannya itu, para pemuka kaumnya murka. Betapa seorang lelaki tak dikenal, dari kalangan jelata lagi miskin papa, mengajari mereka tentang agama. Betapa seorang yang bukan siapa-siapa, mengungkap kesejatian iman yang membuat apa yang mereka yakini selama ini tampak batil dan konyol. Maka diperintahkanlah para pengikut untuk mengeroyok dan menyiksanya, hingga dadanya remuk dan isi perutnya terburai akibat diinjak-injak.
Di detak-detik terakhirnya, dalam sekarat yang menyergapkan manisnya iman, diiringi airmata para utusan Allah yang tak kuasa menolongnya, dia mencoba bicara. Nafasnya yang satu-satu, darahnya yang sisa-sisa, tak menghalanginya menyunggingkan senyum ridha.

إِنِّي آمَنتُ بِرَبِّكُمْ فَاسْمَعُونِ

“Sesungguhnya aku beriman kepada Rabb kalian. Maka dengarkanlah ikrar imanku ini.” (QS Yaasin [36]: 25)

Kata-katanya ini, menurut Imam Ath Thabary, khithabnya ditujukan kepada para Rasul yang mendampingi di akhir hayatnya. Para Rasul itu takjub dan cemburu terhadap iman yang telah menggerakkan Habib An Najjar berdakwah dengan mempersembahkan raga dan nyawanya. Betapa sebentar dia belajar. Betapa cepat dia memahami. Betapa dalam dia  meyakini. Betapa besar cinta pada kaumnya. Betapa hebat penyampaian dakwahnya. Dan betapa mahal pengorbanannya.
Kisah sang da’i tak berhenti sampai di sini. Sebab mereka yang ada di jalan dakwah yang Allah ridhai tetap hidup sesudah mati. Hidup dengan semua arti yang terkandung dalam kata ‘hidup’ itu sendiri. Habib An Najjar membuktikan diri sebagai lelaki penggamit hati yang cinta ikhlasnya pada kaumnya terus dia dengungkan dari dalam surga yang abadi.

“Aduhai alangkah baiknya seandainya kaumku mengetahui. Bersebab apa kiranya Rabbku mengampuniku dan menjadikanku termasuk orang-orang yang dimuliakan.” (QS Yaasin [36]: 29)

Inilah orang yang mencintai bagi seluruh kaumnya, apa yang dicintainya untuk dirinya sendiri. Inilah orang yang mengharapkan bagi kaumnya, apa yang diharapkannya bagi dirinya sendiri. Inilah orang yang mentakutkan atas kaumnya, apa yang ditakutkannya atas dirinya sendiri. Sungguh jiwa da’i sejati, yang kasihnya kepada ummat dia bawa mati. Sungguh setiap yang memiliki jiwa penggamit hati, adalah lapis-lapis keberkahan yang mencahayai zaman.

Habib An Najjar sudah mati. Maka Allah yang Maha Santun dengan firman Maha Mulia menyampaikan apa yang dia katakan dari alam yang sudah berbeda. Bahwa dia mencintai kaumnya, amat berhasrat menggamit semua hati untuk dibawa ke dalam cahaya, untuk diajak menikmati surga. Inilah hati da’i sejati.*

Senin, 03 Desember 2018

Kisah Bal’am bin Ba’ura

Berkaitan ayat Al-Qur’an surat Al-A’raaf ayat 175 – 177 terdapat sebuah kisah yang menggambarkan seorang bernama Bal’am bin ba’ura, (bernama Bal’am bin Abar dalam suatu riawayat). Dia adalah seorang ulama atau seorang yang ahli ibadah dizaman Nabi Musa yang berasal dari Yaman[1] (menurut Ibnu Abbas) atau seorang dari golongan Bani Israil (menurut Ibnu Ma’ud)[2] dan tinggal bersama kaum Jababirah. Bahkan Allah telah mengaurianakan kelebihan untuknya yaitu sebuah penglihatan yang apabila dia melihat kesemua penjuru dia bisa melihat semua ciptaan Allah beserta isinya, karena kelebihanya itu Bal’am bisa melihat jin dan malaikat, bahkan jika Bal’am melihat kelangit dia bisa melihat Arsy atau tempat Dimana Allah mengawasi setiap mahluk-Nya. Dan dia juga mengetahui nama-nama Allah yang maha sempurna, setiap do’a yang dimunajadkan oleh Bal’am pastilah akan dikabulkan oleh Allah. 

Tapi sayangnya Bal’am hidup dilingkungan orang-orang kufur dan tidak mau beribadah, hingga suatu saat Nabi Musa AS ingin mengajak bal’am untuk bersama-sama menegakkan kebenaran dijalan Allah atau untuk berda’wah bersama. Tapi sebelum niat Nabi Musa terlaksana dan sampai kerumah Bal’am, orang orang didaerah Bal’am melihat kedatangan Nabi Musa dipadang Taih yang membawa rombongan tentara yang cukup banyak dan mengetahui niat dari Nabi Musa yang ingin mengajak Bal’am berda’wah bersama, mereka mencoba menghasut Bal’am agar berdo’a kepada Allah supaya Musa dan pengikutnya binasa.

Diantara mereka berkata kepada Bal’am : ”Musa adalah orang kuat, dan dia memiliki banyak tentara, seandainya mereka menyerang kita, maka kita akan hancur. Oleh karena itu, berdo’alah kepada Allah agar mencegah mereka untuk datang kemari,”
Bal’am dengan pengetahuanya berkata : ”Celakalah kamu, Sesungguhnya Nabi Allah itu disertai oleh malaikat dan kaum mukminin. bagai mana mungkin aku mendo’akan sesuatu yang buruk kepada mereka padahal aku mengetahui semua itu dari Allah.”

Tetapi kaum Jababirah tidak begitu saja menyerah untuk merayu Bal’am, semua harta yang ada dikerahkan untuk diberikan kepada Bal’am agar mau mendo’akan Nabi Musa supaya binasa sebelum sampai didaerah Bal’am tinggal. Sebenarnya Bal’am tidak mau melakukan itu, tapi apa daya istri Bal’am merayu dan berkata :” “Berdoalah!, mengingat kalau harta yang berharga itu harus diraih dengan kerja, pastilah akan memakan usia, bahkan belum tentu seumur hidup akan bisa mendapatkannya”.

Akhirnya Bal’am pun terhasut dan membenarkan setiap ucapan istrinya dan mengikuti nafsu dunia yang fana ini. Kemudian Bal’am beserta pasukan mencoba mengintai pasukan Nabi musa dipuncak gunung Husban. Kemudia disitulah Bal’am memanjatkan do’a kepada Allah sesuatu hal yang buruk agar menimpa Nabi Musa dan pasukanya.

Maka terjadilah apa yang terjadi, sebelum berdoa Bal’am mengatakan bahwa Allah sangat membenci pada perzinahan, padahal kaum Bani Israil yang dipimpin Nabi Musa itu merupakan orang pelarian yang kebanyakan tidak memiliki isteri. Untuk menghancurkan mereka, hendaknya seluruh wanita kaum Jababirah disarankan segera mendekati kaum Bani Israel dan menyerahkan tubuh-tubuh mereka agar disetubuhi tanpa dengan ikatan tali perkawinan, dimana perbuatan itu segera akan mengundang murka Allah yang selanjutnya mereka akan dihancurkan-Nya dengan tanpa pertumpahan darah.

Maka wanita-wanita itu segera bersolek sedemikian rupa seperti yang dianjurkan Bal’am dengan di pimpin oleh anak gadis raja mereka sendiri untuk menjebak Bani Israel. Sebelum berangkat, anak gadis itu disarankan oleh Bal’am. “Untuk dirimu, wahai putri junjunganku, janganlah kau mau dizina terkecuali oleh Musa sendiri.”

Maka rombongan para wanita dari kaum Jababirah-pun datang kekamp kamp kaum Bani Israel dipadang Taih. Dan disitulah kaum bani israil yang kebanyakan imannya keropos itu pun berpesta pora mengadakan perzinahan besar-besaran tanpa menggubris lagi seluruh saran dan nasehat Nabi Musa. Akan halnya anak gadis raja itu setelah mencari-cari Nabi Musa dan ternyata tidak ada sebuah tanggapan, maka segera mendekati seorang pemimpin dari dua belas suku keturunan Nabi Ya’qub. Dan ternyata lelaki itu pun jatuh dalam rayuannya, namun setelah mau berzina, wanita itu melaporkan dulu mengenai hasil usahanya kepada sang ayah bahwa yang terkena rayuannya bukan Nabi Musa, akan tetapi hanya seorang pemimpin dari dua belas pemimpin suku-suku mereka. Setelah berpikir cukup, sang ayah segera mengizinkan sang putri untuk berzina dengan lelaki itu.
Dan ketika perbuatan itu berlangsung, seorang lelaki dari keturunan Nabi Harun dapat mengetahui kebejadan dari kaumnya yang berzinah dengan wanita wanita kaum Jababirah, maka segera saja keduanya dilempar dengan tombak hingga menemui ajalnya, kemudian tubuhnya diangkat dengan tombak tinggi-tinggi, agar kaum Bani Israel melihat atas hukuman yang ditimpakan pada mereka.
Akibat doa Bal’am ini, kaum Bani Israel terkungkung dan terjebak di Padang Taih, sebuah kawasan yang selalu membuat bingung mereka yang di dalamnya. Dikisahkan jika saja Bani israel itu pagi-pagi berangkat ke utara agar bisa keluar dari kawasan itu, maka ketika sore tiba-tiba telah berada pada tempat mereka ketika berangkat. Demikian pula jika saja ke daerah timur menjelang petang, maka paginya mereka telah berada di tempat berangkat itu lagi.


Dari kejadian kejadian itu yang tanpa henti akhirnya Nabi Musa pun berdo’a dan bertanya kepada Allah sebenarnya Dosa apakah yang telah diperbuat olehnya sehingga Nabi Musa ikut terkurung didalamnya. Dan Allah pun menjawab pertanyaan Nabi Musa bahwa yang terjadi dikarenakan do’a Bal’am bin Bauro. Nabi Musapun tak tinggal diam atas yang dilakukan oleh Bal’am terhadapnya. Dan Nabi musa pun berdo’a :

“Sebagaimana Engkau telah memperkenankan doa Bal’am untuk mencelakan aku beserta kaumku, maka perkenankanlah doaku agar dia celaka. Lepaskan pula ismul A’zham dan iman yang telah Engkau karuniakan kepadanya, ya Allah.”

Begitu Nabi Musa memohon. Allah pun memperkenankan doa Rasul-Nya, sehingga ismul A’zham dan iman serta makrifat yang dimiliki Bal’am terlepas dan keluar dari tubuhnya bagaikan seekor merpati putih yang terbang. Dan dilain pihak Bal’am merasakan apa yang diakhawatirkan dan Bal’am berkata :” Sekarang hilang sudah dariku Dunia dan Akhirat, tidak tersisa padaku kecuali tipu daya muslihat. Dari do’a Musa maka semua karunia yang dimiliki Bal’am pun lenyap dan dia menjadi manusia biasa yang hidup dalam kekufuran dan kekafiran sampai dia meninggal. Wallaahu a’lam
Berkaitan dengan kisah Bal’am, maka turunlah ayat berikut QS. Al-A’raaf ayat 175 -177) :
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آَتَيْنَاهُ آَيَاتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ (175) وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ذَلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآَيَاتِنَا فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ (176) سَاءَ مَثَلًا الْقَوْمُ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآَيَاتِنَا وَأَنْفُسَهُمْ كَانُوا يَظْلِمُونَ (177)
  1. dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian Dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu Dia diikuti oleh syaitan (sampai Dia tergoda), Maka jadilah Dia Termasuk orang-orang yang sesat.
  2. dan kalau Kami menghendaki, Sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi Dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, Maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya Dia mengulurkan lidahnya (juga). demikian Itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.
  3. Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zalim.
[1]. Tafsir Ath-Thabari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab 174, juz 13, hal. 255
[2]. Ibid, hal. 253