Minggu, 16 Desember 2018

Kisah Nyata: Inilah Mahar Pernikahan Termahal dan Termulia Di Dunia

Syarat utama bagi seorang
laki-laki agar bisa menikahi wanita adalah menyiapkan maharnya, dan mahar
adalah haknya seorang wanita. Bagi yang sedang mempersiapkan pernikahan, mungkin ada yang membuat gundah yaitu terkait mahar. Dari pihak wanita ingin mahar seperti ini, dari
pihak laki-laki ingin mahar yang seperti ini. 

 
Terkait mahar untuk
calon istri, apakah harus yang mahal? Bingung mau ngasih mahar apa? Padahal budgeting pas-pasan, tapi ingin memberikan yang terbaik bagi calon istri.
Tulisan berikut ini merupakan hal yang perlu kita tahu tentang mahar penikahan termahal dan
termulia di dunia. Namun, untuk masalah memberikan mahar bagi calon istri
disesuaikan dengan kemampuan kita, jangan sampai dipaksakan hingga berhutang ya
Sob. Na’udzubillah… 
 
Namun, jika mampu
untuk memberikan yang terbaik. Tidak ada salahnya untuk berikan yang terbaik,
betul ga Sob?


Berikut ini kisahnya…
Rumaisha’ Ummu Sulaim binti Malhan bin Khalid bin Zaid bin Haram bin Jundub
bin Amir bin Ghanam bin Adi bin Najar Al-Anshariyah Al-Khazrajiyah,  beliau dikenal dengan nama Ummu Sulaim. Ummu Sulaim adalah ibunda dari seorang sahabat terbaik Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam yang terkenal keilmuannya dalam meriwayatkan banyak hadits,
yaitu Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu . 
 
Ummu Sulaim terkenal dengan kebaikan hatinya, kemuliaannya dalam menjaga
kehormatan serta keteguhannya dalam mendidik dan membesarkan anaknya yaitu Anas
bin Malik sepeninggal Malik . Hingga suatu ketika pesona kebaikan Ummu Sulaim
membuat tertarik hati seorang laki-laki hartawan, Abu Thalhah namanya.
Abu Thalhahpun datang menemui Ummu Sulaim menyampaikan maksud hatinya untuk
memperistri Ummu Sulaim, dengan membawa harta berlimpah yang dia miliki untuk
menaklukkan hati ibunda Anas bin Malik.
 
Menanggapi kedatangan Abu Thalhah dengan mahar termahal dan terbaik yang
dimilikinya, Ummu Sulaim berkata,  ”Sungguh tak pantas bagiku menikah dengan
seorang musyrik. Apakah engkau tahu wahai Abu Thalhah, sesungguhnya
tuhan-tuhanmu dibuat oleh seorang budak dari keluarga si fulan. Tahukah engkau
bahwa tubuh tuhan-tuhanmu itu akan terbakar bila kalian membakarnya dengan
api”.
 
Mendapati jawaban demikian, terkejutlah Abu Thalhah, tak disangka mahar
terbaik yang dibawanya ditolak mentah oleh wanita yang sangat dicintainya. Tak
menyerah dengan penolakan pertama, akhirnya Abu Thalhah mencoba datang kembali
dengan mahar yang lebih banyak, lebih mewah, lebih istimewa serta janji-janji yang
lebih menggiurkan agar mampu meluluhkan hati Ummu Sulaim dan menerima
lamarannya.
 
Ternyata cinta Abu Thalhah masih bertepuk sebelah tangan, lamarannya
ditolak lagi untuk yang kedua kalinya sambil berkata,  

“Sebenarnya laki-laki sepertimu tidak patut ditolak, wahai Abu Thalhah.
Akan tetapi engkau adalah laki-laki kafir dan aku wanita muslimah. Tidak layak
bagiku menikah denganmu.”

 
Abu Thalhah bertanya, “Lantas apa
keinginanmu?”

 
Ummu Sulaim balik bertanya, “Apa
keinginanku ?”

 
Abu Thalhah bertanya, “Yang kuning
(emas) atau yang putih (perak) ? “

 
Ummu Sulaim berkata lagi, “Aku tidak
menginginkan emas atau perak, yang kuinginkan adalah keislamanmu.” 

 
Abu Thalhah bertanya, “Pada siapa aku
mendapatkan itu.”

 
Ummu Sulaim menjawab, “Engkau bisa
mendapatkannya dari Rasulullah SAW.” 
 
Maka segeralah Abu Thalhah menemui Rasulullah untuk bersyahadat. Setelah masuk
Islam barulah dia bisa menikahi Ummu Sulaim, Islam adalah mahar pernikahannya.
Ummu Sulaim mengajarkan pada kita, agar tak mudah silau oleh indahnya rupa
dan banyaknya harta serta tak mudah terpedaya oleh bujuk rayu dan kuatnya cinta
semu. Kemuliaan agama harus tetap menjadi yang utama dan pertama.
 
Jadikan pernikahan sebagai jalan ketaatan kita pada Allah SWT, maka salah
satu syarat utamanya adalah memilih calon suami yang akan semakin mendekatkan
diri kita pada Allah SWT.
Wallahu’alam.
Semoga bermanfaat.

sumber ANNIDA 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar