Ayah, sesibuk apapun, harus menyempatkan diri bercengkrama dengan keluarga. Silakan bekerja. Silakan berjuang. Silakan sibuk. Tapi ingat, anak dan keluarga memiliki hak atas diri kita.
Penelitian University of Guelph, Kanada, pada tahun 2007 yang bertajuk The Effects of Father Involvement, menunjukkan bahwa anak yang turut diasuh oleh ayahnya sejak dini, mempunyai kemampuan kognitif lebih prima saat memasuki usia 6 bulan hingga 12 bulan.
Selain itu, mereka juga memiliki IQ yang lebih cemerlang saat menginjak usia 3 tahun dan berkembang menjadi sosok yang mampu memecahkan persoalan dengan lebih bijak. Jelas, ini bukan perkara sepele.
Sentuhan fisik seperti pijat, pelukan, dan berpegangan tangan dapat mengurangi stress dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Ini menurut HealthCom. Bukan saja kepada pasangan, ini juga bisa dilakukan kepada anak.
IPPO SANTOSA
Rabu, 28 November 2018
Minggu, 25 November 2018
PESAN IBNU MUBARAK
AKU MEMBENCI ORANG PENDOSA
PADAHAL AKU LEBIH BURUK DARI MEREKA
AKU MENGAGUMI ORANG ORANG SOLEH
TAPI AKU TAK BERUSAHA UNTUK BERAMAL SEPERTI MEREKA
Disadur dari buku
"kisah-kisah inspiratif'
Aid al Qarni
Kamis, 22 November 2018
GIMANA SIH “ASLINYA” KITA?
Seperti prinsip teko, kita hanya akan mengeluarkan isi teko.
Jika isinya kopi, akan mengalir kopi.
Jika isinya teh, akan keluar teh.
Pertanyaannya APA saja ‘aslinya’ kita?
Tergantung apa yang kita isikan ke dalamnya.
Kemarahan? Kebencian? Kekecewaan?
Atau
Pemaafan? Kebaikan hati? Kasih sayang?
Pertanyaan berikutnya: KAPAN aslinya kita dikeluarkan?
Ketika kita dalam keadaan tertekan.
Ketika kita berada dalam kondisi ‘terancam’.
Kadang ancaman yang lebih kita anggap mengerikan adalah ancaman yang tidak kelihatan.
Seperti ancaman tidak dianggap keren, tidak dianggap hebat, tidak dianggap baik, tidak dianggap berprestasi.
Dengan kata lain, ancaman terhadap ‘ego’.
Lalu bagaimana cara mengisi dengan yang baik-baik?
Segala informasi masuk melalui indera kita. Apa yang kita lihat, dengar dan alami akan tersimpan menjadi ‘isi’.
Berteman dengan lingkungan yang baik, yang kata-kata dan perilakunya baik, membaca yang muatannya baik, menonton yang beritanya baik dan follow sosmed yang baik.
Jangan sampai kita dikendalikan oleh rasa takut, kebencian dan kemarahan.
Ambil kendali ketika ia kecil. Ketika rasa-rasa itu belum mengendap dan menetap di dalam ‘teko’ kita.
Ingin tahu cara isi ‘teko’ dan mengolah isi ‘teko’ yang lebih baik?
Jika isinya kopi, akan mengalir kopi.
Jika isinya teh, akan keluar teh.
Pertanyaannya APA saja ‘aslinya’ kita?
Tergantung apa yang kita isikan ke dalamnya.
Kemarahan? Kebencian? Kekecewaan?
Atau
Pemaafan? Kebaikan hati? Kasih sayang?
Pertanyaan berikutnya: KAPAN aslinya kita dikeluarkan?
Ketika kita dalam keadaan tertekan.
Ketika kita berada dalam kondisi ‘terancam’.
Kadang ancaman yang lebih kita anggap mengerikan adalah ancaman yang tidak kelihatan.
Seperti ancaman tidak dianggap keren, tidak dianggap hebat, tidak dianggap baik, tidak dianggap berprestasi.
Dengan kata lain, ancaman terhadap ‘ego’.
Lalu bagaimana cara mengisi dengan yang baik-baik?
Segala informasi masuk melalui indera kita. Apa yang kita lihat, dengar dan alami akan tersimpan menjadi ‘isi’.
Berteman dengan lingkungan yang baik, yang kata-kata dan perilakunya baik, membaca yang muatannya baik, menonton yang beritanya baik dan follow sosmed yang baik.
Jangan sampai kita dikendalikan oleh rasa takut, kebencian dan kemarahan.
Ambil kendali ketika ia kecil. Ketika rasa-rasa itu belum mengendap dan menetap di dalam ‘teko’ kita.
Ingin tahu cara isi ‘teko’ dan mengolah isi ‘teko’ yang lebih baik?
Langganan:
Postingan (Atom)