Kisah sahabat Nabi yang hatinya tidak tenang
Di suatu pagi di kota madinah terlihat oleh baginda Rosululloh saw, seorang sahabat yang sedang duduk termenung, sebentar ia mengganti posisi duduknya, sebentar ia menengadah, sebentar kemudian ia menghela nafas,Ia adalah Abu Umamah yang sedang duduk dengan air muka yang lesu di dalam masjid, padahal ketika itu seperti biasanya seluruh penduduk Madinah sedang berada dalam kesibukan, baik bertani, berdagang, maupun mengurus keperluan rumah tanggakemudian Rosululloh saw, mendekatinya dan berkata ” wahai Abu Umamah, aku lihat engkau sangat gelisah (baca :Galau), apa yang membuatmu gelisah ya Abu umamah?”
“benar ya Rosululloh, aku dalam keadaan gelisah, hutangku banyak, hingga akupun tak tenang dan tak betah tinggal di rumah”
Rasulullah SAW kemudian mendekati shahabatnya tersebut dan berkata, “Bukankah aku telah mengajarkanmu sebuah ucapan yang bila kamu mengucapkannya maka Allah akan menghilangkan kesedihan dan akan memberikan kelonggaran kepadamu?”
kemudian Rosululloh saw, membacakan Doa Agar hati menjadi tenang berikut ini:
"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kegelisahan dan
kesedihan, berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan, berlindung
kepada-Mu dari kebakhilan dan ketakutan, dan berlindung kepada-Mu dari
lilitan hutang dan kesewenang wenangan orang ” (HR Abu Daud)
Beliau menganjurkan untuk membacanya setiap pagi dan petang, dan Abu
Umamah ini kemudian melaksanakan apa yang di wasiatka Rosululloh saw
tersebut. dan perlahan tapi pasti kegelisahannyapun sirna, ia menjadi
orang yang rajin bekerja hingga persoalan hutangnyapun sedikit demi
sedikit terselesaikan.dan di dalam sejarah ia teracatat sebagai saudagar
yang kaya raya.
faktor-faktor yang membuat hati tidak tenang/galau
1. Faktor BiologiManusia memiliki otak yang berfungsi sebagai pusat pengatur segala aktivitas organ-organ tubuh seperti jantung, paru-paru, ginjal, dan sebagainya. Di dalam otak salah satunya terdapat dua unsur kimia (neurotransmitter), yaitu serotonin dan norepinephrine, di samping unsur-unsur kimia lain yang banyak terdapat dalam otak. Serotonin dan norephinephrine berfungsi dalam sistem saraf pusat yang berkaitan dengan suasana hati, ingatan, dan selera makan. Kelainan pada kedua neurotransmitter tersebut dapat memicu timbulnya gejala depresi, termasuk kecemasan, penyesuaian diri dan kelelahan. Kenapa bisa terjadi kelainan? Kurang lebih, karena otak atau kedua neurotransmitter tersebut dipaksa oleh tubuh untuk selalu bekerja, sehingga lama kelamaan akan menimbulkan suatu kejenuhan kerja otak yang mengakibatkan kelainan pada sistem saraf atau khususnya pada kedua neurotransmitter tersebut. Apabila hal ini dibiarkan dalam jangka waktu yang lama, dapat menyebabkan beberapa kerusakan saraf otak, seperti Neuritis, Amnesia, Epilepsi, Alzheimer, Parkinson, dan lain-lain.
2. Faktor Genetik
Pada tahun 2011, telah dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara depresi dan genetik. Menurut berita yang dilansir kompas.com pada tanggal 18 Mei 2011, sekelompok ilmuwan peneliti di King's College, London, Inggris, telah berhasil menemukan gen yang dapat menjadi pemicu timbulnya depresi, yaitu sebuah kromosom 3p25-26 yang mengandung lebih dari 40 gen, dan sebagiannya bisa jadi adalah penyebab timbulnya depresi atau galau (Samantha, 2011).
3. Faktor Psikososial
Menurut Syaza Ismail (2013), ada beberapa hal yang menjadi penyebab terjadinya depresi ditinjau dari segi psikososial, antara lain:
· Peristiwa kehidupan dan stress lingkungan, terutama ketika kehilangan sesuatu yang dicintai, baik orang, pekerjaan, harta, maupun benda kesayangan.
· Faktor kepribadian premorbid, yaitu ketika seorang anak dibesarkan dalam lingkungan yang pesimistik atau kurangnya dorongan dan semangat dalam menjalani kehidupan.
· Faktor psikoanalitik dan psikodinamik, misalnya ketika seseorang tidak bisa mengarahkan kemarahannya atau ketika seseorang merasa hidupnya tidak sesuai dengan yang dicita-citakannya.
· Ketidakberdayaan yang dipelajari, yaitu kurangnya kemampuan seseorang dalam menganalisis dan menghadapi setiap permasalahan hidup.
· Teori Triad Kognitif, yaitu berpandangan negatif terhadap masa depan, diri sendiri, dan pengalaman hidup. (Ismail, 2013)
SUMBER
Tidak ada komentar:
Posting Komentar